Gereja
HKBP sebagai suatu wadah persekutuan kudus di dalam Kristus juga melaksanakan
Sakramen. Menurut gereja HKBP Sakramen adalah jalan pemberian anugerah kepada
manusia, sebab dengan Sakramen disampaikan kepada yang percaya keampunan dosa,
kebaharuan hidup, kelepasan dari maut dan iblis serta sejahtera yang kekal.
Karena itu pemahaman tersebut perlu dijelaskan agar setiap anggota jemaat
mengetahui dengan jelas apa itu Sakramen. Oleh karenanya HKBP sebagai
persekutuan umat yang percaya yang dikuduskan (communio santorum) menjadi
penampakan persekutuan Allah di dunia ini yang senantiasa menunjukkan
persekutuan di dalam Dia yang menetapkan persekutuan itu.
Kurangnya
pemahaman yang benar dalam jemaat tentang Sakramen yang dilaksanakan di gereja
HKBP menimbulkan kegelisahan dalam jemaat kita. Banyak yang bertanya: betulkah Sakramen
Yang dilaksanakan di Gereja HKBP? Misalnya “tentang babtisan” baptisan kita tidak benar atau belum cukup,
karena hanya dilayani dengan air, dan
karena tidak diselamkan waktu dibaptis ?
Tidak sedikit dari jemaat yang dibuat bimbang dengan
pertanyaan-pertanyaan itu sehingga mereka akhirnya menyerahkan dirinya untuk
dibaptis kembali (baptisan ulang). Karena itu hal ini harus dicegah bukan saja
dengan jalan mengintensifkan katekisasi dalam jemaat, tetapi juga dengan
jalan-jalan lain agar tiap-tiap angota jemaat mengetahui dengan jelas apa itu Sakramen,
apa isi dan maknanya. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas penulis merasa
perlu untuk membahas mengenai SAKRAMEN DITINJAU DARI TEOLOGIA HKBP.
Pengertian
Sakramen
Definisi
umum tentang sakramen ialah bahwa sakramen merupakan tanda lahiriah yang
nampak, ditetapkan oleh Kristus, menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani.
Sakramen secara pasti dapat diartikan terhadap ritus baptisan kudus dan
perjamuan kudus yang secara khusus memberi makna keselamatan.
Istilah “sakramen” mengandung arti “sumpah jabatan” atau “sumpah
prajurit” atau “suatu rahasia ilahi”, “benda suci” atau “perbuatan
kudus”.
Pada
zaman gereja mula-mula kata “sakramen”
awalnya ditujukan kepada setiap doktrin dan perundangan. Inilah
alasan dari sebagian orang untuk menolak istilah sakramen, dan memakai istilah
“tanda”, “meterai”, atau “misteri”. Demikian juga dengan pemakaian kata
“sakramen” (yang dijabarkan dari kata sacer = kudus) juga mengandung arti
perbuatan atau perkara yang rahasia, yang kudus yang berhubungan dengan dewa.
Hal ini juga dihubungkan dengan keadaan religius masa itu, sebab pada zaman itu
perbuatan-perbuatan misterius dalam melakukan konsekrasi ditemukan dalam
berbagai-bagai agama. Perbuatan-perbuatan kudus gereja pada waktu itu muncul
dalam derajat yang sama dengan hal-hal yang misterius.
Sakramen
merupakan saluran yang dipakai Allah untuk
memberikan anugerahNya kepada manusia berdosa. Agustinus memberikan defenisi tentang sakramen sebagai
berikut : “Sakramen adalah tanda kelihatan dari hal yang kudus ataupun bentuk yang kelihatan dari kasih karunia yang
tidak kelihatan”.
Sakramen adalah peraturan kudus yang
ditetapkan oleh Kristus, di mana tanda-tanda yang bisa dilihat dan dirasa dari
anugerah Allah di dalam Kristus.
Anugerah dalam sakramen dilambangkan,
dimeteraikan dan diterapkan untuk orang percaya yang pada gilirannya adalah untuk
menyatakan iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa
sakramen adalah menerima anugerah yang kelihatan dari Allah, yang tidak
kelihatan yang diberikan kepada manusia berdosa.
Sejak
zaman gereja mula-mula hingga abad pertengahan, ketentuan tentang jumlah
sakramen selalu berubah-ubah.
Munculnya reformasi yang dilakukan oleh Martin Luhter, meragukan akan
keberadaan sakramen dalam gereja Katolik. Hal itu menjadi pokok perdebatan antara para teolog pada zaman reformasi.
Sakramen-sakramen gereja ternyata mendapat perhatian yang lebih khusus dalam
pembahasan-pembahasan, khususnya menyangkut substansi sakramen tersebut,
termasuk maknanya masing-masing, bahkan juga menyangkut soal-soal praktis.
Dalam
gereja Protestan sakramen yang diakui adalah “Baptisan Kudus” dan “Perjamuan Kudus ”.
Allah yang mendirikan, menetapkan, memerintah, mensyahkan baptisan itu dan
perjamuan kudus, yang melaluinya Allah memberikan berkat dan pengampunan dosa.
Kedua jenis sakramen tersebut bertitik tolak dan berdasarkan pada amanat penetapan, perintah dan perbuatan Yesus
Kristus. Penetapan baptisan kudus terdapat dalam Injil Matius 28:19 dan Markus
16:16, sedangkan penetapan perjamuan kudus terdapat dalam Injil synoptis (Mat.
26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:14-20) dan surat Rasul Paulus (I Kor. 11:23-25).
Sakramen
adalah saluran anugerah Allah atau saluran kasih karunia Allah. Sakramen adalah
perjanjian anugerah atau perjanjian kasih karunia Allah tentang keselamatan
manusia. Sakramen menjadi saluran sukacita bagi setiap orang untuk memasuki
suatu perjanjian keselamatan dengan Allah. Oleh karena itu maka perjanjian
keselamatan itu harus senantiasa diterima, dijalani dan dilaksanakan dengan
penuh kesetiaan dan penuh ucapan syukur maupun sukacita. Maksudnya ialah bahwa
setiap orang yang telah menerima baptisan dan perjamuan kudus akan melihat
sakramen sebagai perjanjian yang menyelamatkan, pernyataan kesetiaan dan
pengakuan iman dari setiap orang kepada Kristus yang mengasihi manusia.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBermanfaat
ReplyDeleteBoleh tau kenapa hanya punya 2 sakramen?
ReplyDelete