Baptisan itu adalah saluran kemurahan Allah bagi manusia, anak-anak dan dewasa, karena melalui baptisan itu gereja berdiri di tengah dunia ini, dan melalui iman dijadikan layak menerima keampunan dosa, kelahiran kedua kali, kelepasan dari kuasa maut dan dari kuasa iblis, dan memperoleh kebahagiaan kekal. Dan melalui baptisan itu jugalah orang percaya dipersatukan ke dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, dan menerima kuasa Roh Kudus (Mrk. 10:14; Luk 18:16; Kis 2: 41; 10:48; 16:33; Rom. 6:4; 1 Kor 10:1-9; Tit. 3: 5; Ibr 11:29; 1 Ptr. 3:21).
Menurut Konfessi HKBP adanya pengajaran penting bahwa Baptisan adalah “jalan pemberian anugerah” yang terpenting bukanlah cara, teknik atau tempatnya dilaksanakan (kolam, sungai, danau dan sebagainya) atau bentuknya. Tetapi makna dan berkat yang kita dapati dari baptisan itulah yang paling penting. Baptisan itu bagaimanapun dilakukan dan dimanapun itu berlangsung adalah merupakan saluran dari jaminan berkat keselamatan yang diberikan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Berkat itu mengalir kepada orang-orang percaya melewati saluran yang bermacam-macam. Adanya berkat dan anugerah serta janji yang diberikan oleh Allah melalui baptisan, yaitu: keampunan dosa, kebaharuan hidup, kelepasan dari kematian dan ikatan iblis serta keselamatan kekal.
HKBP juga mengenal yang dinamai Babtisan Darurat (Tardidi
na hinipu) hal ini bisa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Baptisan
darurat dilakukan kepada anak-anak yang sakit keras, yang belum sempat dibawa
ke gereja untuk menerima baptisan. Di HKBP dirumuskan sebagai berikut : Bila ada orang yang belum dibabtis yang
sakit keras, dan orang tuanya berkehendak anaknya dibaptiskan, dimintalah
sintua.. setempat.. untuk… melaksanakannya. Bila sintua setempat tidak bisa ditemui
dimintalah sintua tetangganya. Bila itu juga tidak ada, dicarilah anggota
jemaat yang rajin kegereja dan hidupnya saleh untuk melakukan pembaptisan. Bila
anggota jemaat yang seperti itu juga tidak sempat lagi dicari, orang tuanya
juga boleh melakukan pembaptisan itu, asal baptisan itu dilaksanakan dengan
benar sesuai dengan pemahaman HKBP. Bila itu yang terjadi, mereka hanya boleh membaptiskan tanpa memberi
berkat. Namun dalam situasi yang semakin maju sekarang ini, gereja tidak lagi
hanya ada di pedesaan, dan sudah banyak dikota, sekiranya ada anak yang sakit
keras, mereka bisa meminta pendeta untuk melakukan baptisan darurat.
Pendeta harus berusaha lebih dulu menghubungi
sintua sekitar keluarga tersebut, untuk sama-sama mengunjungi si anak yang
sakit keras tersebut, dan sebaiknya sintua yang melakukannya untuk menghubungi
pendeta yang bersangkutan. Tetapi bila itu tidak dapat dilakukan, bahkan guru
huria, bibelvrow atau diakones tidak bisa dihubungi, pendeta sendiri yang
melakukan baptisan darurat. Apabila anak itu meninggal, maka harus dilayani
dengan liturgi HKBP. Bila anak itu menjadi sehat, anak itu kemudian harus
dibawa ke gereja pada waktu kebaktian minggu waktu ada pembaptisan. Pada waktu
anak itu dibawa ke depan altar dihadapan pendeta, maka pendeta mengumumkan
kepada jemaat sebagai berikut : Saudara-saudara yang terkasih, kita bersyukur
kepada Tuhan kita yang maha pengasih yang menyembuhkan anak ini, karena pada
waktu yang lalu anak ini sakit keras dan telah dibaptiskan dengan baptisan
darurat.
okey
ReplyDeleteBaptisan yg tepat adalah seperti Yesus di Baptis
ReplyDeleteInformasi yang sangat bermanfaat
ReplyDelete